Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bilang kalo masyarakat di Pulau Rempang yang terdampak proyek Rempang Eco-City bakal dapet kompensasi berupa duit dan rumah baru.

Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi/Kepala BKPM, mastiin kalo pemerintah bakal ganti rumah warga Pulau Rempang dengan rumah tipe 45 yang harganya Rp120 juta.

Lebih lanjut Bahlil ngejelasin, kalo rumah warga sebelumnya nilainya Rp500 juta, maka pemerintah bakal nambahin uang rumah jadi  sebesar Rp380 juta. Terus, warga yang kena relokasi juga bakal dapet duit ganti rugi.

Duit ganti rugi itu dibagi jadi dua jenis, pertama uang transisi atau tunggu rumah jadi sebesar Rp2,2 juta. Kedua, uang buat kontrak rumah sebesar total Rp2,2 juta.

Jadi intinya, pemerintah bakal kasih duit ganti rugi sekitar Rp1,2 juta buat setiap orang buat uang transisi dan Rp1,2 juta lagi buat uang kontrak per keluarga.

 “Jadi kalau satu Kartu Keluarga ada 4 orang, maka dia mendapat uang transisi Rp4,8 juta dan uang kontrak Rp1,2 juta jadi total Rp6 juta,” ucap Bahlil ketika konferensi pers di Istana, Jakarta, Senin (25/9/2023).

Dalam momen yang sama, mantan Ketua Umum Himpunan Pengusahan Muda Indonesia (HIPMI) itu juga bilang, proses relokasi yang semula direncanain bakal ke Pulau Galang dibatalkan. 

Sebagai gantinya, warga Pulau Rempang yang kena dampak relokasi bakal digeser ke Kampung Tanjung Banon yang lokasinya cuma 3 kilometer dari Pulau Rempang. 

“Jadi di Tanjung Banon ini pemukiman dibuat bagus sama Kementerian PUPR,” kata Bahlil dalam konferensi persnya.

Tapi, sampe sekarang, masih belum tau pasti kapan nih pembangunan rumah buat warga yang kena relokasi di Pulau Rempang bakal dimulai.

Sementara itu, Iwan Suprijanto selaku Direktur Jenderal (Ditjen) Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bilang kalo mereka belum dapet tugas resmi dari pemerintah buat proyek ngebikin rumah buat warga Rempang itu.

“Belum ada urusan dengan PUPR, tidak ada penugasan ke kami,” terang Iwan ketika dihubungi Senin (26/9/2023).

Terkait mekanismenya, Iwan ngejelasin kalo BP Batam sebagai badan layanan usaha (BLU) pemerintah yang mengurusi aset negara berupa tanah harus lebih dulu beresin urusannya dengan masyarakat.

Sebelumnya, Diana Kusumastuti selaku Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian PUPR, sempat mengonfirmasi kalo pihaknya bakal ngebangun beberapa fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) di Kampung Tanjung Banon dengan duit APBN.

Disadur dari bisnis.com


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× #WAAjaDulu