Jadi gini, saat ini sektor properti lagi dilanda sentimen negatif gara-gara suku bunga yang tinggi. The Fed masih nahan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5% pada bulan September 2023. Tapi, mereka bilang masih ada peluang buat pengetatan kebijakan moneter buat ngejaga inflasi di target 2%.

Sementara di Tanah Air, Bank Indonesia tetep mempertahanin suku bunga di 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan September. Sementara itu, IDX Sector Properties & Real Estate naik 1,71% secara year to date (YTD).

Arjun Ajwani, Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, bilang emiten sektor properti kemungkinan bakal agak lesu sampai akhir tahun 2023 karena imbas dari suku bunga.

 “Sampai akhir tahun 2023, ekspektasi kinerja sektor properti akan kurang kondusif,” katanya kepada Kontan, Jumat (22/9).

Meski begitu, Arjun ngelihat ekspektasi potongan suku bunga di tahun 2024 bisa jadi hal baik buat para pemain di sektor properti.

Nafan Aji Gusta Utama, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, bilang, saham properti sempet turun, tapi itu cuman sebentar doang setelah kabar dari The Fed dan BI soal kebijakan moneter.

Memang, suku bunga yang tinggi mempengaruhi KPR dan KPA, tapi pertumbuhan kredit di sektor properti masih oke sampai hari ini. Ini juga karena ekonomi dalam negeri stabil dan likuiditas kreditnya memadai. Jadinya, minat di sektor properti tetep bagus.

“Di sisi lain, kinerja marketing sales dari masing-masing emiten masih naik di semester I secara tahunan,” katanya kepada Kontan, Jumat (24/9).

Menurut Nafan, nilai saham dari perusahaan di sektor properti masih menarik, soalnya rata-rata Price Earning Ratio (PER) saham properti masih di bawah 15 kali. Terus lagi, BI juga udah commit buat tetap ngontrol suku bunga, setidaknya sampe pertengahan 2024.

“Sehingga, investor masih bisa mencermati saham properti, meskipun saat ini tengah berada di rezim suku bunga tinggi,” terangnya.

Gak cuman itu, kinerja emiten properti juga bakal sangat dipengaruhi stabilitas pertumbuhan ekonomi domestik.

“Properti ini pendapatannya bukan dari marketing sales saja, tetapi juga ada recurring income dari mal yang pengunjungnya meningkat karena konsumsi domestik meningkat,” katanya.

Arjun ngerekomendasiin beli untuk BSDE dengan target harga Rp 1.170 per saham. Sedangkan, Nafan ngerekomendasiin accumulate untuk BSDE dan SMRA dengan target harga masing-masing Rp 1.100 per saham dan Rp 625 per saham.

Disadur dari investasi.kontan.co.id


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× #WAAjaDulu