Kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) digadang-gadang bakal ngaruh ke berbagai sektor, termasuk properti nih. Jadi ceritanya, BI udah naikin suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin jadi 6,25 persen pas rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan April kemarin, tepatnya hari Rabu (24/4/2024).
Selain itu, BI juga naikin suku bunga deposit facility sebesar 25 bps jadi 5,5 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps jadi 7 persen.
Ini nih kenaikan BI rate pertama kali tahun ini, setelah sebelumnya terakhir kali BI naikin suku bunga pada Oktober 2023.
Menurut Direktur PT Jaya Amerta Megah Properti, Alfriedyus Pongbatu, BI rate bakal naik atau turun sesuai dengan inflasi.
Kalo lagi naik, katanya, artinya uang yang beredar jadi lebih banyak lagi. Makanya, untuk ngimbangin pasar, perlu deh ngelakuin penyesuaian dengan nambahin BI rate, biar bunga yang didapat dari simpanan masyarakat jadi menarik buat disimpan di bank.
“Namun di sisi lain, akan berdampak terhadap meningkatnya bunga pinjaman,” ucap Alfriedyus, ketika dihubungi Tribun-Timur.com, Minggu (28/4/2024).
Menurut pengembang Perumahan Amerta Residence Mandai Sulsel ini, BI rate gak terlalu ngasih dampak asalkan perbankan tidak serta merta menaikkan bunga pinjaman secara signifikan.
“Tentu menaikkan BI rate juga tujuannya untuk menguatkan nilai rupiah di pasar valas, sehingga memberi dampak positif terhadap ekonomi makro dan mikro,” terangnya.
Dari sisi pengembang, Alfriedyus bilang kalo perbankan saat ini masih menawarkan suku bunga promo untuk meningkatkan portofolio KPR. Hal ini mengingat batas insentif PPN 100 persen dari pemerintah cuma sampai Juni 2024 depan.
Karena itulah, pihaknya berharap perbankan bisa ngelonggarin kebijakan terhadap calon debitur baru, dengan adjustment terhadap risk tolerance dan risk apettite. Jadinya bisa lebih banyak dan lebih cepat fasilitas KPR dan modal kerja tersalurkan.
Di pihak lain, Widya Ayu Pratiwi selaku Owner dan Principal LandMark Property bilang, kenaikan BI rate belum kerasa di sektor properti.
“Masih dibantu oleh free PPN yang berlaku dari pemerintah juga, jadi sejauh ini belum terlalu terasa dampaknya,” ucapnya.
Blio juga bilang, saat ini adalah momentum yang pas buat memiliki hunian karena masih ada insentif.
“Jadi, menurut saya, saat ini adalah saat yang tepat membeli rumah ini karena lagi free PPN,” imbuhnya.
Pengamat: Cicilan Tak Langsung Berpengaruh
Dr. Abdul Muttalib selaku Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar bilang, naiknya BI rate terhadap kredit ini biasanya ngaruh kepada produk seperti kredit mobil, KPR, dan produk pinjaman lainnya.
“Suku bunga yang lebih tinggi dapat membuat cicilan KPR atau kredit mobil menjadi lebih tinggi,” ucapnya, dalam podcast Tribun Timur, Jumat (26/5/2024).
Meski begitu, blio juga bilang kalo respons dari bank operasional terhadap kenaikan BI rate gak selalu linier dan bisa bervariasi, tergantung pada kondisi ekonomi dan strategi dari masing-masing bank.
Sedangkan di sisi lain, permintaan kredit dari masyarakat juga turut mempengaruhi penyesuaian suku bunga kredit. Kalo permintaan kredit menurun, bank mungkin bakal lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga biar gak menghambat pertumbuhan ekonomi.
Karena itu, dalam konteksi ini blio menilai, kenaikan BI rate ini bisa punya dampak yang cukup signifikan terhadap suku bunga kredit dan produk keuangan lainnya.
“Cicilan kredit rumah tidak langsung terpengaruh oleh kenaikan BI rate karena cicilan biasanya tergantung pada perjanjian awal akad kredit, termasuk besaran bunga yang ditetapkan,” terang Abdul Muttalib.
Disadur dari makassar.tribunnews.com
0 Comments