Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI) mencemaskan nasib sektor properti di Indonesia akibat dari dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 5,25 persen.
Paulus Totok Lusida selaku Ketua Umum DPP REI menyampaikan pengembang/developer tak menyangka bahwa kenaikan suku bungan acuan BI ini akan datang secara bertubi-tubi di akhir tahun ini.
“Saya pikir kemarin itu kalau sudah kurs dolar ke rupiah Rp15.500-an sekarang sudah stabil, [suku bunga acuan] nggak perlu ikut naik, tapi naik juga. Ya memang belum kritis,” ungkap Totok, Kamis (17/11/2022).
Menurut blio. Kenaikan suku bunga ini adalah upaya dari pemerintah dalam menyesuaikan dengan kondisi global agar bisa pulih dari krisis dan segala inflasi.
Kendati demikian, Totok masih yakin penjualan properti masih dapat berjalan seiring dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,72 persen yang berada di posisi terbaik ketimbang dengan negara-negara lainnya.
“Tapi kalau naik-naik terus [suku bunga] ini ya semoga ada hasil dari G20, kan karena yang mengendalikan inflasi dan krisis ini bukan hanya Indonesia sendiri,” ungkapnya.
Nasib sektor properti sangat erat kaitannya dengan transaksi dalam negeri, supply dan demand, Totok menambahkan.
Ia menyatakan developer akan terus siap menghadirkan produknya apabila pasarnya masih ada. Untuk itu, Totok menekankan terkait pentingnya menjaga transaksi dalam negeri.
Totok menilai, transaksi dapat berjalan lancar jika kesejahteraan masyarakat kelas pekerja dapat terus ditingkatkan. Pasalnya, transaksi inilah yang bakal menjadi parameter kinerja penjualan properti ke depannya. Dia berharap tak ada lagi perubahan yang lebih drastis dari kondisi saat ini.
“Kami lagi prepare terobosan dan diskusi terus, harus membuat efisiensi dan efektivitas supaya melihat kemampuan masyarakat. Dengan pertumbuhan yang ada sih kami masih optimis kondisi ini tetap bagus meskipun bunga bank naik 5,25 persen,” ungkapnya.
Optimisme tersebut juga berasal dari produk landed house atau rumah tapak di Indonesia yang 100 persen digarap oleh developer lokal. Sementara untuk produk high rise atau apartemen sebagian kecilnya telah dipegang oleh developer asing.
Di sisi lain, Totok masih melihat perlunya stimulus dari pemerintah untuk tetap menjaga gairah pasar properti. Salah satunya yang paling efektif yaitu PPN DTP.
“Ya saya sih melihatnya memang harus ada stimulus tetap untuk sementara waktu, iya yang paling efektif kan disitu [PPN DTP],” katanya.
Disadur dari bisnis.com