Evergrande, sebuah raksasa Properti Cina yang dikenal jadi perusahaan properti terbesar, udah ajukan permohonan perlindungan di pengadilan AS karena babak belur. Evergrande jadi contoh buruk krisis properti yang lagi ngehits di Cina.

Nah, perusahaan ini udah ngerasa pasrah banget dan minta perlindungan di bawah kode kebangkrutan AS, yang bisa ngejaga mereka dari kreditur yang mau gugat atau pengikatan aset di Amerika Serikat.

Afiliasi Evergrande, yang namanya Tianji Holdings juga lakuin hal yang sama di pengadilan kebangkrutan Manhattan.

Gak ketinggalan, dari Reuters dilaporkan kalo berita Evergrande ini muncul pas waktunya, soalnya ada kekhawatiran krisis properti Cina bisa merembet ke ekonomi. Mungkin gara-gara pertumbuhan yang lesu gitu.

Mulai pertengahan 2021, pas krisis utang sektor properti keliatan, perusahaan ini, yang biasa ngasih kontribusi 40% dari penjualan properti di Cina, udah bermasalah sama utang dan gagal bayar.

Country Garden, yang juga perusahaan properti swasta terbesar di Cina, ngerasain nasib yang sama. Bahkan, mereka bikin cemas investor soal gagal bayar beberapa pembayaran bunganya.

Evergrande baru-baru ini ngerasa berat bayar utang sekitar US$ 330 miliar, alias sekitar Rp 4.950 triliun. Ini lebih dari laporan sebelumnya yang bilang utangnya US$ 300 miliar. Setelah gagal bayar akhir 2021, jadi ada serangkaian default di pembangun lain, dan akibatnya ribuan rumah mangkrak di seluruh Cina.

Dalam permohonannya di pengadilan kebangkrutan Manhattan, Evergrande ngomong kalo mereka lagi coba cari pengakuan buat proses restrukturisasi di Hong Kong, Kepulauan Cayman, dan Kepulauan Virgin Britania Raya.

Mereka ngira kalo bulan ini kreditur bisa ngasih tanggapannya soal restrukturisasi, dan mungkin persetujuan dari pengadilan Hong Kong sama British Virgin Islands bakal keluar di minggu pertama September.

Dan mereka ajukan jadwal sidang pengakuan Bab 15 buat tanggal 20 September.

Bulan lalu, Evergrande ngaku kerugian bareng-bareng sekitar US$ 81 miliar buat tahun 2021 sama 2022, yang bikin investor khawatir tentang rencana restrukturisasi utang yang udah mereka usulin dari bulan Maret.

Senin kemarin, anak perusahaan mobil listrik mereka, China Evergrande New Energy Vehicle Group (0708.HK), juga ngumumin rencana restrukturisasi sendiri. Total kerugian dari Evergrande NEV buat tahun 2021 dan 2022 bisa sampe hampir $10 miliar.

Saham Evergrande dihentikan pada Maret 2022.

Soal Evergrande ini, Jokowi pernah bilang, “Hati-hati lah kalian, para developer di Indonesia.” Dia gak mau yang terjadi sama Evergrande bakal nimpalin developer lain di Indo. Di tahun 2021, utang Evergrande diperkirakan ampe Rp 4.400 triliun (US$ 300 miliar).

“Kalau kita tahu, tidak semua sektor properti negara lain bisa bertahan karena COVID maupun ekonominya. Kita tahu di RRT ada perusahaan properti besar yang ambruk yang utangnya ngalahin APBN kita, sampai Rp 4.400 triliun. Utangnya 4.400 triliun rupiah. Sekali lagi lagi hati-hati mengenai ini, semuanya harus dikendalikan. Berapa backlog kita, jangan cuma bangun,” kata Jokowi dalam event Munas Real Estate Indonesia di Hotel Sheraton, Gandaria, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2023).

Disadur dari detik.com


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× #WAAjaDulu