Sektor properti di Cina lagi gak baik-baik saja guys, bak diterpa badai Kamikaze, dua raksasa properti di Cina yakni Evergrande dan Country Garden kini lagi berada di tepi jurang.
Evergrande, yang berdiri di bawah bos Xu Jiayin, udah ngajuin kebangkrutan resmi di pengadilan New York, Amerika Serikat. Udah sejak 2021 lalu ini mereka gagal bayar utang gede banget. Utangnya udah sampe US$ 330 miliar atau Rp 4.950 triliun kalo dihitung kurs Rp 15.000.
Nah, buat nyelamatkan diri, mereka ajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15 di pengadilan New York. Intinya, ini ngejaga mereka dari kreditur yang pengen nuntut atau iket aset mereka di Amerika Serikat.
Yang kerabat Evergrande, Tianji Holdings, juga ikutan langkah yang sama Kamis lalu di pengadilan kebangkrutan Manhattan.
Sejak krisis utang ini terkuak pertengahan 2021, perusahaan yang kasih sumbangan 40% penjualan properti di Cina ini bener-bener bikin heboh, gagal bayar utang.
Ngomongin raksasa properti Cina lagi, Country Garden juga ngadepin masalah yang sama. Perusahaan ini punya utang yang gede banget, sampai US$ 191,7 miliar atau Rp 2.875,5 triliun.
Si bos Country Garden, Yang Huiyan, ngomong kalo ini adalah masalah terbesar yang dia hadapi. Dia juga salah satu wanita terkaya di Cina dan Asia. Kekayaannya didapet dari saham warisan ayahnya yang bikin Country Garden 20 tahun lalu.
Tapi sejak krisis properti menerpa Cina, kekayaannya terjun bebas banget. Duit dia udah nyusut hampir US$ 29 miliar. Sekarang dia cuma punya US$ 5,3 miliar menurut Bloomberg.
Katanya sih, dia dan keluarganya bahkan nyumbang US$ 4,9 miliar buat nolongin Country Garden. Duit ini dari tabungan pribadi mereka.
Country Garden tadinya masuk dalam 500 perusahaan terbaik versi Forbes. Tapi, perusahaan yang punya 70 ribu staff sampe akhir 2022 ini nasibnya bener-bener genting.
Kabar terbaru, Country Garden nggak bisa bayar dua kali pembayaran obligasi tanggal 6 Agustus. Waktu pembayaran 30 hari ini gak dipenuhi, berisiko gagal bayar. Terus, ada utang lain US$ 4,27 miliar yang jatuh tempo tahun 2024 menurut Moody’s.
Disadur dari detik.com