Rencana pembangunan 40 kota baru yang selevel dengan Jakarta yang disampaikan salah satu pasangan calon presiden-wakil presiden mendapat respon beragam dari berbagai pihak. Sebagian pihak mendukung, sebagian lainnya menganggap kalau rencana itu gak realistis
Terlepas dari pro dan kontra, dibalik rencana pembangunan 40 kota baru itu terdapat bayang-bayang gentrifikasi. Gentrifikasi adalah proses perubahan suatu wilayah perkotaan yang semula ditempati oleh masyarakat berpenghasilan rendah menjadi kawasan elite.
Dalam konteks ketegangan antara masyarakat kelas atas dan bawah, gentrifikasi bisa diartikan sebagai langkah pelan buat ngusir orang-orang lokal dari suatu wilayah oleh orang-orang yang punya duit.
Gentrifikasi ini menimbulkan berbagai dampak negatif buat masyarakat, di antaranya:
Kenaikan harga properti
Gentrifikasi bisa ngebuat harga tanah di suatu area jadi naik. Ini bisa bikin warga lokal yang pendapatannya pas-pasan pada kegusur, Bro.
Harga tanah di suatu tempat sebenernya ditentuin sama seberapa produktif masyarakatnya. Makin produktif masyarakatnya, makin mahal harga rumahnya.
Dan dengan kehadiran masyarakat yang berduit bisa bikin harga tanah melonjak. Di kota-kota gede dan kaya, nilai tanah jadi penentu utama yang nentuin harga properti.
Selain itu, gentrifikasi juga bisa buka peluang untuk pake properti dengan cara yang beda, yang bisa nambahin nilai tanahnya. Tapi, nggak semua properti bisa diubah jadi sesuatu yang beda, Bro. Aturan pembangunan yang ketat bisa bikin nilai tanahnya melambung tinggi.
Misalnya, gedung pabrik yang udah gak kepake bisa diubah jadi apartemen mewah, atau daerah rumah penduduk yang deket transportasi umum bisa diubah jadi zona bisnis.
Meskipun pemilik properti bisa dapet untung dari harga rumah yang naik, yang nyewa kadang yang paling rugi, Bro. Harga sewa yang melambung tinggi bisa bikin mereka sulit bayar, dan ini sering dianggep sebagai dampak buruk dari gentrifikasi.
Tapi, gentrifikasi juga bisa bawa keuntungan buat yang nyewa secara nggak langsung. Kehadiran aktivitas ekonomi baru yang berebut buat pake properti juga berebut buat tenaga kerja kota. Akibatnya, ekonomi baru itu bisa naikin upah atau turunin tingkat pengangguran.
Perubahan sosial budaya
Dari sisi lain, gentrifikasi juga bisa ngeubah budaya dan sosial di area itu. Warga dengan penghasilan pas-pasan yang tinggal di situ bisa ngerasa terasing karena perbedaan gaya hidup. Gentrifikasi juga bisa bikin tingkat kriminalitas makin naik. Soalnya, warga yang penghasilannya pas-pasan jadi makin susah bersaing sama pendatang yang kemampuannya jauh lebih unggul.
Nah, biar hindari dampak buruk gentrifikasi, nih, siapa pun yang akhirnya jadi pemenang pemilu dan ngejalanin pemerintahan, mesti punya rencana mateng kalo mau ngerjain pembangunan 40 kota baru itu. Pemerintah harus pastiin kalo bangun kota baru bisa bagi manfaat buat semua orang, termasuk orang yang penghasilannya pas-pasan.
Di sini, solusi yang sering disaranin itu fokus ke perkembangan properti lewat ngurangin aturan pembangunan. Dengan cara itu, suplai rumah bisa naik buat ngikutin permintaan, jadi bisa bantu stabilin harga sewa. Tapi, deregulasi ini juga mesti dipertimbangin dampak sosialnya, termasuk risiko pengusiran penduduk lokal.
Penting juga nih, gentrifikasi nggak cuma soal untung rugi aja. Peningkatan aktivitas ekonomi di area yang digentrifikasi bisa bikin ada pekerjaan baru dan naikin gaji.
Jadi, perdebatan soal gentrifikasi harusnya ngeliput usaha buat ngimbangin untung rugi ekonomi sama dampak sosialnya. Trus, kebijakan yang dihasilin harus bisa atasin masalah yang lokal, yang sering jadi sumber konflik antara investor sama warga lokal.
Ya, memang nggak ada solusi satu yang bisa untungin semua orang, makanya pendekatan yang flexible itu penting buat jaga keberagaman sama keberlanjutan komunitas. Ingat, gentrifikasi itu nggak cuma hitam atau putih, dan buat bisa liat masalahnya dari semua sisi, perlu pengertian yang luas.
Rumah yang bisa diakses sama semua orang itu penting buat keberlangsungan hidup komunitas. Tapi solusi buat gentrifikasi harusnya punya strategi yang komprehensif dan seimbang biar untung ekonominya dari rencana bangun 40 kota segede Jakarta bisa dinikmati semua orang.
Disadur dari kompas.com