Di kota baru Julong dekat Quanzhou, tempat tinggal buat 7 juta orang, ada cerita menarik soal komunitas Protestan kecil yang lagi tumbuh. Awalnya, mereka cuma kumpul di toko kecil. Tapi karena makin rame, mereka mutusin buat bikin gereja besar yang bisa nampung sampai 1.000 orang. Lokasinya juga nggak main-main, di kaki gunung hijau, bikin suasana makin adem. Gereja ini dirancang biar jadi ikon keren buat seluruh kota.

Harapan Jemaat yang Beragam
Komunitas Kristen di Julong ini datang dari latar belakang yang beda-beda. Tradisi liturgi dan simbolis mereka nggak seragam. Jadi, gereja baru ini diharap bisa jadi tempat pemersatu semua jemaat, terlepas dari perbedaan itu.

Lebih dari sekadar tempat ibadah, gereja ini juga diimpikan jadi simbol inklusif buat awal baru. Soalnya, kota ini dihuni para pendatang yang sama-sama ngerasain perjuangan bangun hidup baru. Selain tempat ibadah, gereja ini bakal punya banyak ruang komunitas yang lebih santai dan sekuler.

Desain yang Simbolis dan Dalam
Karena jemaat punya beragam latar, desain gereja ini nggak langsung ngambil simbol-simbol khas satu tradisi aja. Arsitekturnya terinspirasi dari motif arketipal—gaya desain yang universal dan gampang diterima banyak orang.

Seorang jemaat senior bilang kalo mereka semua ini pendatang. Gereja ini harus jadi bahtera—tempat berlindung buat kita semua. Dari ide itu, bentuk gereja akhirnya menyerupai bahtera yang nggak literal banget, tapi penuh makna.

Fungsi Modern, Tetap Berakar pada Tradisi
Desain gereja dibagi dua bagian:

  1. Bagian bawah: Dilapisi granit kayak batu bertingkat, dirancang fleksibel buat berbagai aktivitas komunitas.
  2. Bagian atas: Dilapisi panel GRC, berbentuk bahtera abstrak. Biarpun bentuknya nggak persis, tapi vibes-nya nyampe banget.

Pengalaman Spiritual yang Mendalam
Masuk ke gereja ini tuh kayak perjalanan spiritual. Jemaat bakal naik tangga teras-teras menuju ruang ibadah, sambil ngeliat pemandangan gunung di sekeliling.

Di puncaknya, ada elemen klasik bernama “Paradise” yang bikin suasana makin sakral sebelum masuk ke ruang utama. Walaupun gereja ini berbentuk bahtera yang kesannya “tertutup,” ruang ibadahnya malah terbuka lebar ke arah gunung. Pemandangan alam jadi bagian dari ibadah, ngingetin kita sama adegan legendaris: Khotbah Yesus di Bukit.

Dengan desain yang unik, fungsi yang fleksibel, dan makna yang dalam, gereja ini bukan cuma tempat ibadah. Tapi juga jadi simbol harapan, persatuan, dan awal baru buat semua pendatang di kota Julong.

Disadur dari archdaily.com


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× #WAAjaDulu