Dara The Virgin belum lama ini buka-bukaan soal hidupnya yang penuh lika-liku. Selain jadi generasi sandwich, Dara juga pernah ngalamin kehilangan aset properti gara-gara orang terdekat.
Di channel YouTube TRANS7 OFFICIAL, Dara cerita kalau sejak umur 16 tahun, dia udah nyerahin uang royalti ke orang tua buat dibeliin aset kayak tanah dan properti dengan surat-surat yang lengkap. Tapi, tanpa sepengetahuan Dara, aset-aset itu malah dijual sama orang tuanya.
Dara baru tahu waktu dia mau jual salah satu asetnya di tahun 2014 buat beli mic, tapi pas dicek ternyata tanahnya udah nggak ada. Puncaknya, di tahun 2017 semua aset yang udah dibeli dari hasil kerja kerasnya ternyata udah ludes.
Walaupun sempat bikin sakit hati, Dara bilang kalau hubungan dia sama orang tua masih baik-baik aja, meski sekarang kedua orang tuanya udah cerai dan punya keluarga masing-masing. Dara pun udah ikhlas sama kejadian itu karena menganggap mereka waktu itu ngambil keputusan sebagai orang tua.
Kisah Dara ini jadi reminder penting soal cara ngatur aset properti. Dalam hukum agraria, cuma pemilik sah yang boleh jual properti. Bukti kepemilikan properti tuh kayak Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), Sertifikat Hak Guna Usaha (SHGU), atau Sertifikat Hak Satuan Rumah Susun (SHSRS).
SHM adalah bukti kepemilikan paling kuat dan permanen, sedangkan SHGB dan SHGU ada batas waktunya, kayak status “nyewa”. Semua ini udah diatur di UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria.
Biar nggak kejadian kayak Dara, penting banget buat pemilik aset ikut ngurusin sendiri asetnya, nyimpen dokumen kepemilikan di tempat aman, dan ngecek status asetnya secara rutin. Kalau mau nitip pengelolaan ke orang lain, jangan lupa bikin perjanjian tertulis yang jelas soal batasan hak mereka, biar nggak asal jual.
Selain itu, punya literasi keuangan juga penting. Kita perlu ngerti hak-hak kepemilikan properti, mekanisme jual-beli, dan gimana ngatur aset biar bisa ambil keputusan finansial yang bijak.
Ikut pelatihan atau seminar keuangan juga bisa bantu kita lebih sadar sama potensi risiko, biar aset nggak ilang begitu aja. Komunikasi yang baik sama keluarga juga penting, terutama kalau ada anggota keluarga yang ikut ngurus aset.
Disadur dari cnbcindonesia.com
0 Comments