Keputusan Bank Indonesia (BI) buat nurunin suku bunga acuan jadi 5,75% di Januari 2025 bikin banyak pihak ngomongin efeknya, terutama buat sektor properti. Tapi kata ekonom, ini nggak bakal cukup kalau nggak dibarengin sama kebijakan fiskal yang jitu. Soalnya, kalau pengen ekonomi tumbuh sampai 5,2% tahun ini, ya harus ada dorongan ekstra.
Rizal Taufikurahman dari Indef bilang, langkah BI nurunin suku bunga emang bagus buat sektor riil. Tapi, kalau mau efeknya maksimal, pemerintah juga harus ngebut belanja, kasih insentif ke pelaku usaha, dan bikin kebijakan yang support pertumbuhan ekonomi.
Secara teori, suku bunga rendah bikin pinjaman lebih murah, jadi orang bisa konsumsi lebih banyak, investasi jalan, dan nilai tukar stabil. Tapi semua itu cuma bakal jalan kalau konsumen percaya diri dan ekonomi global nggak bikin ribet.
Rizal prediksi daya beli masyarakat bakal naik, jadi konsumsi rumah tangga bisa stabil. Tapi, ya nggak bakal mulus-mulus banget. Masih ada tantangan kayak inflasi sama risiko pelemahan rupiah karena suku bunga yang rendah. Kalau ngelihat negara lain, kebijakan ini bisa berhasil, tapi ada batasnya juga, kayak risiko modal keluar gara-gara suku bunga rendah.
Sebelumnya, sepanjang akhir 2024, BI tahan suku bunga di 6% buat jaga inflasi biar nggak liar dan nilai tukar tetap stabil. Hasilnya, inflasi terkendali di 3% dan investasi asing masuk sampai Rp80 triliun. Nilai tukar rupiah juga aman di Rp15.500 per dolar AS. Tapi, di sisi lain, suku bunga tinggi bikin dunia usaha keberatan, investasi melambat, dan konsumsi rumah tangga cuma tumbuh 4,7%, nggak nyampe target.
Sektor properti juga kena imbas. Penjualan rumah turun 3,5% YoY gara-gara bunga KPR tinggi. Sektor manufaktur jalan di tempat dengan PMI 50,5, ekspor jadi kalah saing, UMKM susah dapet modal, dan biaya operasional di sektor energi dan logistik makin mahal.
Meski begitu, pemerintah nggak tinggal diam. Mereka bakal ngasih insentif dan dorongan investasi buat bantu sektor-sektor yang lagi ngos-ngosan. Kalau kebijakan moneter dari BI dan kebijakan fiskal dari pemerintah bisa klop, target pertumbuhan ekonomi 2025 yang berkelanjutan sih masih mungkin buat dicapai.
Disadur dari bloombergtechnoz.com & tempo.co
0 Comments