Direktur Pelaksanaan Pembiayaan Perumahan di Ditjen Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, R. Haryo Bekti Martoyoedo, bilang kalau bikin rumah subsidi yang pakai konsep Bangunan Gedung Hijau (BGH) nggak butuh biaya yang jauh lebih besar dibanding rumah subsidi biasa.
Malah, rumah subsidi yang dibangun sesuai aturan dari Kementerian PUPR udah bisa dibilang masuk kriteria BGH tingkat dasar alias Pratama. Aturan yang dimaksud Haryo ini kayak di Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002.
Menurutnya, buat naik ke BGH tingkat menengah atau Madya, sebenernya tinggal ditambah sedikit dari desain yang ada sekarang. Dari sisi desain pasif, rumah subsidi yang standar udah lumayan kok; tinggal polesan dikit lagi buat bikin makin “green.” Jadi, kalo ngomongin soal biaya tambahannya, nggak gede-gede amat.
Haryo ngungkapin ini waktu Webinar Series #2 GIVEST 2024 yang diadain sama Ditjen Perbendaharaan Negara Kemenkeu, temanya “Peran Investasi Pemerintah Dalam Mendukung Kebijakan Green and Affordable Housing di Indonesia.”
Dia juga bilang, buat mencapai BGH Madya, perlu sedikit penyesuaian. Misalnya, orientasi rumah yang tadinya ke barat atau selatan, bisa diubah biar hadap utara atau timur, bukaannya diperlebar, plafonnya ditinggikan, terus pakai material yang lebih ramah lingkungan.
Menurut Haryo, udah ada juga beberapa supplier material yang punya bahan-bahan buat bangun rumah hijau, dan tambahan biayanya kecil banget. Sebenernya banyak material ramah lingkungan yang bisa dimanfaatin, dan pemasoknya udah support konsep bangunan hijau.
Ada nih contohnya, di Perumahan Mulia Gading Kencana (MGK) di Serang, Banten, yang udah dapet Sertifikat BGH Utama.
Menurut Haryo, salah satu trik pengembang MGK biar bisa bangun rumah subsidi yang lebih ramah lingkungan itu nggak beli material di toko bangunan biasa, tapi langsung beli ke pabrik atau produsen.
“Artinya kalau memang pengembang mau itu bisa dilakukan, mungkin untuk pengusaha atau pengembang yang memang punya akses ke sana, tapi kalau dia memang jauh agak berbeda ya, tapi paling tidak itu bisa dilakukan dan ada contohnya,” katanya.
Dengan begini, ke depannya dia berharap konsep hijau ini makin diterapin di pembangunan rumah subsidi di Indonesia. Penerapan BGH di rumah subsidi juga bisa jadi langkah bagus buat mendukung lingkungan, sekaligus bikin rumah subsidi yang lebih nyaman dan hemat energi buat masyarakat.
Disadur dari kompas.com
0 Comments