Dahulu kala, asbes adalah salah satu material yang dimanfaatkan sebagai atap sebuah bangunan, terutama pada rumah. Asbes terbuat dari bahan fiber dan semen serta bergelombang pada permukaannya dikenal memiliki bobot yang ringan, gampang dipasang, serta harganya sangat murah.
Namun, ternyata akhir-akhir ini asbes sudah tak lagi digunakan dalam pembangunan rumah. Di samping semakin banyaknya pilihan, asbes juga dianggap memiliki banyak kekurangan hingga berisiko pada kesehatan penghuni rumah.
Lantas, kenapa banyak pengembang/developer yang tidak lagi memanfaatkan asbes sebagai atap rumah?
Bambang Eka Jaya selaku Praktisi Properti dan Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) menyebutkan, asbes merupakan material penutup atap yang sudah lama ditinggalkan oleh para pengembang. Bahkan, bahan tersebut sudah tak digunakan lagi dalam membangun rumah sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Asbes itu material penutup atap yang sudah lama ditinggalkan developer. Walaupun itu rumah sederhana untuk MBR,” ucap Bambang kepada Kompas.com, Selasa (08/03/2022).
Bambang menerangkan, salah satu alasannya adalah karena asbes dapat membahayakan penghuni rumah. Asbes terdiri dari mineral silikat atau serat kaca yang kecil dan tajam. Partikel kecil tersebut dapat lepas dari lembaran dan jatuh sehingga berisiko terhirup oleh penghuni rumah.
“Alasannya karena bisa berbahaya terhadap kesehatan penghuni rumah, karena material kecilnya kalau jatuh dan terhirup itu berbahaya bahkan bisa melukai saluran pernapasan, merusak paru-paru hingga mengakibatkan kematian,” ungkapnya.
Sudah Ada Korban
Berdasarkan survei The Institution of Occupational Safety and Health (IOSH), di masa lalu, asbes sudah merenggut nyawa setidaknya 107.000 pekerja konstruksi di seluruh dunia setiap tahunnya. Bahkan angka ini lebih banyak ketimbang jumlah orang yang meninggal akibat kecelakaan di jalan.
“107.000 pekerja konstruksi meninggal akibat dampak dari asbes setiap tahunnya. Sementara Inggris memiliki tingkat kematian tertinggi di dunia,” ungkap laporan IOSH seperti dilansir Armcoasbestostraining, Selasa (08/03/2022).
Karena itulah, Inggris akhirnya melarang penggunaan asbes di tahun 1999 yang hingga kini pelarangan tersebut diikuti oleh 62 negara. Sebelumnya, di Inggris asbes dimanfaatkan sebagai penutup atap rumah, papan isolasi, dan material lainnya.
Mengutip hse.gov.uk, ternyata penggunaan asbes dapat menyebabkan beberapa penyakit berbahaya di antaranya:
1. Kanker paru-paru
Asbes juga bisa mengakibatkan kanker paru-paru. Efek buruknya sama seperti risiko seorang perokok. Bahkan, perokok yang terpapar asbes akan jauh lebih berbahaya.
2. Mesothelioma
Mesothelioma adalah kanker yang mempengaruhi lapisan paru-paru (pleura) dan lapisan yang mengelilingi saluran pencernaan bagian bawah (peritoneum). Penyakit ini hampir secara umum disebabkan oleh paparan asbes.
3. Asbestosis
Asbestosis adalah kondisi jaringan parut serius pada paru-paru yang umumnya terjadi setelah terpapar asbes secara berlebihan dalam jangka waktu lama. Kondisi ini bisa menyebabkan sesak napas yang serius, dan pada kasus yang parah bisa berujung fatal.
4. Penebalan pleura
Biasanya hal ini usai paparan asbes berat, lapisan paru-paru (pleura) menebal dan membengkak. Jika hal ini semakin parah, paru-paru sendiri bisa terjepit, dan dapat menimbulkan sesak napas dan rasa tidak nyaman di dada.
Selain itu, penggunaan asbes juga akan membuat hawa di dalam ruangan jauh lebih panas ketimbang menggunakan atap dari tanah liat.
Asbes memiliki bobot yang ringan, tetapi sangat ringkih dan mudah pecah sehingga harus berhati-hati dalam pengiriman dan pemasangannya. Saat ini, penggunaan asbes lebih identik dengan bangunan seperti gudang, pabrik, dan sejenisnya.
Sedangkan dilihat dari segi estetika, bangunan gedung atau rumah yang menggunakan pelapis atap asbes dianggap sangat buruk serta tidak enak dipandang mata.
Disadur dari kompas.com