Pandemi Covid-19 memang telah usai, tetapi ternyata masih banyak mal atau pusat perbelanjaan yang masih sepi di pusat kota Jakarta. Sebagian pusat perbelanjaan harus rela ditinggal pengunjung maupun tenant.
Alphonzus Widjaja selaku Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja (APPBI) pun tak menampik kondisi tingkat okupansi ruang ritel di mal telah pulih dengan kisaran 80%, tetapi angka ini belum pulih sepenuhnya seperti prapandemi dengan kisaran 90%.
“Ada beberapa pusat perbelanjaan yang tingkat kunjungannya tidak meningkat ataupun bahkan memburuk,” ucap Alphonzus kepada Bisnis (12/6/2023).
Sementara itu dibandingkan dengan sebelum pandemi, rata-rata tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan saat ini sudah mendekati angka 100 %
Namun, kondisi tersebut hanya berlaku bagi mal yang kini mendatangkan konsep dan fungsi baru, sehingga tak lagi hanya sekadar tempat shopping, tetapi juga sebagai social connection hub.
“Pusat perbelanjaan harus dapat memiliki dan menyediakan tempat ataupun fasilitas untuk pelanggan melakukan interaksi sosial dengan sesamanya,” ungkapnya.
Ini berarti, pihak mal harus menyediakan ataupun memberikan pengalaman berbeda kepada para konsumennya. Jika hanya berfungsi sebagai tempat belanja, maka akan bersaingan langsung dengan e-commerce.
Menurut Alphonzus, pengalaman yang menarik bagi pengunjung bisa diciptakan dari konsep gedung dan juga tenant mix, sekaligus memunculkan fasilitas gaya hidup sesuai dengan tren pascapandemi.
“Banyak mal yang mampu dan berhasil memberikan fungsi lain dari sekadar fungsi belanja saja sehingga diminati dan banyak dikunjungi oleh masyarakat bahkan tingkat kunjungannya telah mencapai 100 persen,” terangnya.
Menurut data Colliers Indonesia, pada kuartal pertama tahun 2023 tingkat okupansi rata-rata mal di Jakarta masih mengalami stagnan di 69%. Hal serupa juga terjadi pada mal di wilayah Jabodetabek, di mana tingkat okupansi berada di angka 68,8% turun karena adanya suplai masuk.
Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi, yakni pada kuartal IV/2019, rata-rata okupansi mal di Jakarta sebesar 79,8% dan di Bodetabek 78,5%.
Dalam laporannya, pada kuartal I/2023 tingkat okupansi pusat perbelanjaan untuk kelas menengah atas dan premium cukup tinggi, di mana masing-masing berada di 79,3% dan 84,5%. Dibandingkan dengan kelas menengah ke bawah, yang masing-masing tingkat okupansinya berada di 65,9% dan 47%
Meski demikian, angka tersebut masih berada jauh di bawah tingkat okupansi pada kuartal IV/2019 atau sebelum pandemi. Saat itu tingkat okupansi kelas premium berada di angka 91%, kelas atas 90,4%, menengah 77,6%, dan menengah bawah 66,3%.
Tak hanya dari segi okupansi saja, dari harga sewa ruang ritel pun juga masih lebih rendah ketimbang sebelum pandemi.
Rata-rata harga sewa ritel di Jakarta pada kuartal IV/2019 sebesar Rp 609.003 per meter persegi, sedangkan saat ini hanya sebesar Rp 563.428 per meter persegi.
Namun, dari sisi service charge, tarif yang berlaku pada kuartal I/2023 lebih tinggi yakni sebesar Rp153.519 per meter persegi, ketimbang dengan prapandemi yang sebesar Rp 145.784 per meter persegi.
Disadur dari bisnis.com