Padahal UMR Dan Biaya Hidupnya Murah Tetapi Harga Rumah di Jogja Mahal, Ternyata Begini Alasannya

Jogja memang memiliki upah minimum regional (UMR) yang tidak tinggi serta biaya hidup yang bisa dibilang rendah, tetapi ironisnya harga rumah di Jogja mahal. Bahkan harga rumah di Jogja termasuk salah satu yang paling mahal di Indonesia.

Kok bisa ya ? Ternyata alasan utamanya adalah karena harga lahan atau tanahnya yang juga mahal.

Dikutip dari mariaproperti.co.id, Harga Pokok Penjualan (HPP) tanah atau lahan turut memberikan andil 30 – 40 persen dari harga rumah.

Tak hanya itu, masih ada sejumlah faktor lainnya yang mempengaruhi harga rumah di Jogja meroket. Untuk lebih jelasnya, cek ulasan berikut ini!

Kenapa Harga Rumah di Jogja Mahal?

1. Harga Tanah yang Mahal

Dikutip dari jogjapolitan.harianjogja.com,  Ketua DPD Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Rama Adyaksa Pradipta memberikan penjelasannya.

Rama mengambil contoh pada tahun 2020 silam, rumah bersubsidi yang harganya dibatasi pemerintah dilarang melebihi Rp150 juta. Menurutnya, rumah dengan harga segitu hanya bisa didirikan di atas tanah seharga Rp 200.000 per meter persegi.

“Padahal mencari tanah dengan harga Rp200 ribu per meter persegi sangat sulit, kalau ada, tempatnya jauh dan tidak strategis, seperti di Ponjong [Gunungkidul]. Pengembang tidak punya banyak ruang untuk membangun rumah murah karena harga tanah sangat tinggi,” ujar Rama.

Remigius Edy Waluyo selaku Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY juga menyampaikan hal serupa yang dikutip dari yogya.com.

Harga tanah di Jogja merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia, setelah Bali dan Jakarta.

 “Pertumbuhan properti semakin meningkat, hal ini juga turut mendorong naiknya harga tanah di Jogja. Bahkan harga tanah sudah tidak masuk akal,” ujarnya.

2. Faktor Geografis

Faktor geografis juga turut berkontribusi soal harga rumah di Jogja. Pasalnya, di Jogja ada banyak sekali tempat wisata kuliner, alam, dan budaya. Ditambah lagi Jogja juga dilengkapi dengan infrastruktur, bangunan komersial, institusi pendidikan, dan transportasi yang memudahkan warganya.

Faktor-faktor itulah yang bikin Jogja jadi salah satu kawasan yang nilai jual propertinya naik secara signifikan. Meski begitu, memiliki properti di Jogja merupakan investasi jangka panjang dan tetap menguntungkan.

3. Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pendapatan mempengaruhi permintaan properti atau perumahan. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang meningkat, masyarakat bakal mulai tertarik memanfaatkan uang yang mereka miliki untuk berinvestasi properti. Hal ini juga dapat meningkatkan permintaan dan menaikkan harga properti.

4. Jumlah Properti yang Tersedia

Alasan selanjutnya adalah soal ketersediaan barang atau unit. Suplai perumahan tergantung pada stok yang tersedia dan pembangunan perumahan baru.

Ketersediaan stok rumah tidak bersifat elastis atau dinamis. Pasalnya, untuk mendapatkan izin perencanaan, IMB, dan mendirikan rumah merupakan proses yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

Karena itulah ketersediaannya menjadi terbatas, sedangkan di sisi lain permintaannya meningkat dan membuat harga properti jadi melambung tinggi.

Disadur dari 99.co

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *