Beli Properti

Masyarakat Indonesia masih mengandalkan skema pembelian rumah melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hal ini berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) pada kuartal III-2022, sebanyak 74,53% responden menyebutkan masih bergantung kepada KPR untuk dapat memiliki tempat tinggal.

Sedangkan sebanyak 17,39% memilih melalui skema pembelian secara tunai bertahap dan 8,08% sisanya secara cash keras alias tunai.

Hal tersebut didukung dengan adanya beragam invervensi pemerintah untuk kepemilikan rumah, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP). Tak hanya itu, penyediaan bantuan pembiayaan perumahan atau KPR subsidi juga terbukti mengerek tumbuhnya KPR dari tahun ke tahun.

Karena itulah, diyakini sektor perumahan masih akan terus tumbuh melalui perpanjangan berbagai kebijakan kemudahan KPR.

Sementara itu, menurut data dari BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan KPR Nasional pada kuartal III-2022 naik menjadi 7,7 persen year-on-year (yoy). Sedangkan pada kuartal II-2022, tercatat pertumbuhan KPR hanya mencapai 6,81 persen yoy.

Di sisi lain, Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan kenaikan harga rumah paling tinggi se-Indonesia pada kuartal III-2022 yang mencapai 15,38%. Data ini didapatkan dari BTN House Price Index (HPI) yang diambil dari seluruh kantor cabang BTN di 284 kota dan kabupaten.

Untuk level kota atau kabupaten, daerah dengan kenaikan harga rumah tertinggi pada kuartal III-2022 adalah Sukabumi yang mencapai 35,44%. Adapun kenaikan harga rumah tersebut menandakan permintaan rumah di daerah-daerah tersebut kian meningkat.

Disadur dari kompas.com

Leave A Reply