Usai dilanda krisis akibat melemahnya permintaan kredit dan penurunan kepercayaan konsumen terhadap pengembang, kini pasar properti di China mulai memperlihatkan tren pemulihan

Mengutip dari Channel News Asia, Selasa (28/2/2023), pasca pencabutan lockdown Covid-19 dan kebijakan properti yang mendukung. penjualan rumah baru di China meningkat tajam pada Februari tahun ini yang ditopang oleh peningkatan permintaan di kota-kota kecil dan menengah

Menurut China Index Academy, sebuah firma aset real estat independen terbesar, penjualan rumah baru melonjak hingga rata-rata 31,9% di 16 kota China. Padahal penjualan rumah pada Januari masih mengalami penurunan sebesar 34,3%.

Dalam jangka bulanan, penjualan rumah naik sebesar 63,8% di daerah administratif khusus atau kota tingkat tiga. Sedangkan di daerah otonom atau kota tingkat dua di Tiongkok naik sebesar 43,9 persen dan 5,0 persen di kota tingkat satu atau setara provinsi.

Total pasokan rumah baru di antara tujuh kota yang dipilih oleh akademi rata-rata mengalami penurunan sebesar 1% dari bulan sebelumnya. Kota-kota besar seperti Beijing dan Shenzhen mengalami penurunan pasokan sebesar 4,89% dan 3,0%.

Fyi, sektor properti China sempat babak belur akibat dari krisis likuiditas yang parah pada 2022 kemarin. Pada mulanya, peristiwa tersebut dipicu oleh upaya pemerintah untuk mengendalikan utang yang membengkak. Ditambah lagi, banyak pengembang yang menunda pembayaran utang atau bahkan gagal bayar.

Namun, pemerintah China juga tak tinggal diam, sejak akhir November 2022 pemerintah China telah membuat kebijakan untuk mendukung sektor properti. Salah satunya adalah dengan memotong suku bunga pinjaman satu tahun menjadi 3,65% dari 3,7%, penurunan pertama sejak Januari.  Upaya tersebut membantu pemulihan penjualan jangka pendek di tengah pertumbuhan ekonomi yang lambat.

Sementara itu, mengutip Reuters, harga rumah baru China diramalkan mengalami penurunan yang semakin dalam pada semester pertama tahun 2023, sebelum pulih dengan lebih cepat pada semester II/2023.

Harga rumah baru diprediksi turun sebesar 1,0% year-on-year (yoy) pada semester I/2023, lebih dalam dari perkiraan penurunan 0,5%, menurut 13 analis dan ekonom yang disurvei oleh Reuters pada 17-24 Februari

Lu Zhe, Kepala Ekonom Topperity Securities memprediksi, harga rumah akan naik sebesar 2,5%, lebih cepat dari perkiraan kenaikan 1,0% pada paruh kedua tahun ini.

Hal ini dipicu oleh pasokan perumahan melebihi permintaan di kota-kota kecil serta pendapatan dan ekspektasi konsumen pulih perlahan.

“Rebound permintaan akan mendorong perbaikan harga dengan pemulihan ekonomi pada semester kedua tahun ini,” ucap Lu, dilansir dari Reuters.

Namun, kebangkitan sektor properti mulai nampak pada Januari 2023 pada saat harga rumah naik untuk pertama kalinya dalam setahun, didukung oleh upaya pemerintah yang agresif akhir tahun lalu dan suku bunga kredit yang lebih rendah.

“Permintaan, bagaimanapun, tetap lamban, dan merupakan kendala utama untuk rebound jangka panjang tetapi kami memperkirakan pemulihan yang berkelanjutan akan dimulai menjelang paruh kedua tahun ini,” ungkapnya.

Di pihak lain,  Xingping Wang, Analis Senior di Fitch Bohua memperkirakan, penurunan 1,5% dalam penjualan untuk keseluruhan tahun 2023. Menurut Wang, pasar mebutuhkan waktu untuk menemukan titik terendahnya dan penjualan hanya akan pulih perlahan.

“Saat dampak Covid-19 memudar, kami perkirakan penjualan rumah bulanan akan lebih lancar dari tahun sebelumnya,” terangnya.

Wang memaparkan, guna mengendalikan lonjakan harga dan spekulasi, pasar sedang menunggu pelonggaran pembatasan harga, pembelian dan penjualan yang diberlakukan oleh otoritas di kota-kota lapis pertama.

Disadur dari bisnis.com


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× #WAAjaDulu