Kabar dari pasar properti China lagi nggak bagus nih, abis raksasa properti Evergrande ngalamin masalah likuiditas. Nah, jadi gini, Evergrande punya utang gede banget, lebih dari US$300 miliar atau sekitar Rp4.600 triliun, dan ini bakal jadi salah satu proses restrukturisasi terbesar yang pernah ada di China.

Nggak cuma itu, raksasa properti ini juga punya dampak gede buat sistem keuangan China, sampe US$60 triliun, dan bisa berpengaruh ke semua bank dan jutaan orang yang punya rumah.

Nah, karena hal ini, Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, ngebilang, nggak menutup kemungkinan Indonesia bisa kena dampak kecil dari situasi ini. Dia ngingetin, kita tetap harus hati-hati, terutama buat investasi properti yang dateng dari Tiongkok.

“Pasar properti di Indonesia itu sebagian besar didominasi pasar domestik, dengan demikian apakah akan berdampak? kalau dominasinya domestik mungkin bukan dampak langsung yang kita dapatkan tapi dampak turunan,” ungkap Syarifah dalam sesi diskusi Jakarta Property Highlight yang digelar oleh Knight Frank secara virtual, Kamis (24/8/2023).

Syarifah juga lanjutin, biar kita nggak kejadian hal yang sama di pasar properti lokal, Indonesia perlu secara gesit ngeambil pelajaran dari situasi negatif yang lagi terjadi di pasar properti China. Salah satu caranya bisa dengan belajar dari titik-titik krusial yang bikin masalah ini muncul, biar pasar properti kita tetep produktif ke depannya.

Ini juga dibilang sama Martin Wijaya, si Business Development Director Knight Frank. Dia jelasin, pasar properti di Indonesia enggak bakal kena dampak langsung gara-gara guncangan di pasar properti China belakangan ini.

“Perusahaan ini [Evergrande] tidak ada hubungan langsung ke Indonesia, jadi dampak langsung tak ada. Tapi [kita perlu ingat] kalau dilihat dari skala keseluruhan negara, investasi Tiongkok ke Indonesia lumayan besar,” terangnya.

Secara lebih spesifik, lanjut Martin, salah satu efek yang mungkin bisa terjadi dari kolapsnya pasar properti China ialah meningkatnya portofolio investasi para investor China di Indonesia.

“Jadi kalau kita berbicara secara spesifik pada sektor properti, ini justru ada peluang berdampak positf. Investor sana akan berinvestai ke sini terutama pada hotel [sudah terjadi] dalam setahun ini. Jadi dampak langsung tak ada tapi efeknya mungkin sudah ada dari 2 tahun lalu,” tandasnya.

Nah, jadi ceritanya, Evergrande tuh akhirnya dinyatakan resmi bangkrut setelah gagal bayar obligasi segede US$340 miliar, atau dalam bahasa kita lebih dari Rp4.400 triliun, di tahun 2021. Nah, dari situ, mereka udah berusaha keras selama berminggu-minggu buat ngatur ulang utang-utang mereka yang ada di luar negeri.

Terus, pada bulan April tahun 2023 kemarin, mereka ngumumin bahwa mereka masih belum dapet dukungan yang cukup dari pihak-pihak yang berutang sama mereka buat ngejalanin rencana penyelesaian utang itu. Nah, lalu pas bulan Juli 2023, mereka dapet persetujuan dari pengadilan buat ngadain pemungutan suara buat rencana mereka itu.

Dilaporkan juga kalo perusahaan ini baru aja reschedule pertemuan yang tadinya dijadwalkan di akhir minggu ini, jadi minggu depan, tanggal 28 Agustus 2023. Tujuannya untuk ngomongin rencana yang lebih lanjut soal utang mereka sama para kreditur.

Disadur dari bisnis.com

Leave A Reply