Penjualan properti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada semester satu 2022 mengalami peningkatan hingga 20 persen. Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) DIY juga yakin bahwa pada semester 2 juga akan meningkat.
Ilham Muhammad Nur selaku Ketua DPD REI DIY menyampaikan, saat ini tren penjualan properti sudah mulai membaik. Masyarakat cenderung menunda membeli properti sejak wabah Covid-19 menyerang, tetapi kini masyarakat sudah mulai membeli properti di tahun 2022 ini.
“Kalau trennya membaik. Jadi kelas menengah ke bawah itu sudah mulai menentukan. Selama Covid-19 kan mereka masih pilih-pilih, sekarang mulai melakukan penentuan,” ujarnya, Minggu (24/07/2022).
Ilham menyampaikan, terdapat peningkatan paling tidak 20 persen jika dibandingkan dengan semester 1 tahun 2021 kemarin. Yang paling diminati adalah rumah dengan range harga Rp 300 – 700 juta.
Menurut blio, pasar properti di DIY tidak hanya untuk kebutuhan tempat tinggal, tetapi juga untuk investasi. Jadi tak mengherankan rumah dengan harga di atas Rp 1 miliar pun banyak dicari.
“Yang paling tinggi adalah rumah yang harganya di atas rumah subsidi, sekitar Rp300-700juta. Di atasnya (Rp700juta) juga tetap banyak pasarnya. Karena kan kalau pasar hunian untuk kebutuhan dasar itu kisaran Rp300-500 juta, Rp700 juta – Rp1 miliar itu untuk investasi,” ujarnya.
Ilham menilai masyarakat terpaksa harus memilih rumah di atas harga rumah subsidi karena faktor aksesibilitas. Maklum saja, tak banyak rumah subsidi di sekitar Kota Yogyakarta.
Dengan UMR di DIY yang masih rendah, diperlukan terobosan-terobosan supaya masyarakat bisa memiliki rumah.
“Kami bekerja sama dengan perbankan juga, terutama dengan bank himbara (himpunan bank milik negara), agar sederhana dalam melayani masyarakat. Artinya memberikan kemudahan dalam memberikan kredit, juga subsidi bunga,” tambahnya.
Disadur dari jogja.tribunnews.com