Menurut hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) Triwulan I-2023, penjualan properti residensial atau rumah di pasar primer mengalami penurunan pada Triwulan I-2023, baik itu secara tahunan maupun triwulanan.
Penjualan properti residensial secara tahunan mengalami kontraksi sebesar -8,26% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 4,54% (yoy).
Penyebab penurunan penjualan tersebut adalah terkontraksinya penjualan rumah kecil dan besar masing-masing sebesar -15,64% (yoy) dan -6,52% (yoy).
Sementara untuk penjualan rumah menengah kembali tumbuh positif sebesar 6,55% (yoy), setelah pada triwulan selumnya terkontraksi sebesar -18,88% (yoy).
Lalu penjualan pada triwulan pertama tahun 2023 juga mengalami kontraksi sebesar -11,03% (qtq) secara triwulanan. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar masing-masing sebesar -17,69% (qtq) dan -15,10% (qtq).
Sedangkan penjualan rumah tipe menengah mengalami pertumbuhan sebesar 5,01% (qtq), kembali tumbuh positif usai terkontraksi sebesar -19,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Menurut jawaban responden, yaitu para pengembang, ada beberapa faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer.
Antara lain, kenaikan harga bahan bangunan 25,05%; suku bunga KPR 14,71%; masalah perizinan/birokrasi 14,71%; proporsi uang muka tinggi dalam pengajuan KPR 11,17%; dan perpajakan 8,81%.
Disadur dari kompas.com