Kolapsnya raksasa properti China, Evergrande, bikin perusahaan properti pada merenung nih. Gak mustahil, perusahaan properti di Indonesia bisa aja mengalami nasib yang sama kayak Evergrande.
Belum lama ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengingatkan para pengembang atau developer di Indonesia buat jaga-jaga dan hati-hati dalam bisnisnya. Biar gak sampe kayak yang kejadian sama Evergrande. Denger-denger, pada tahun 2021 kemarin, utang Evergrande udah nyampe US$ 300 miliar alias Rp 4.400 triliun lho.
“Kalau kita tahu, tidak semua sektor properti negara lain bisa bertahan karena COVID maupun ekonominya. Kita tahu di RRT ada perusahaan properti besar yang ambruk yang utangnya ngalahin APBN kita, sampai Rp 4.400 triliun (US$ 300 miliar kurs 2021). Utangnya 4.400 triliun rupiah. Sekali lagi lagi hati-hati mengenai ini, semuanya harus dikendalikan. Berapa backlog kita, jangan cuma bangun,” ucap Jokowi dalam gelaran Munas Real Estate Indonesia di Hotel Sheraton, Gandaria, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2023) lalu.
Kalo kata Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI), Joko Suranto, hal itu juga bisa terjadi di perusahaan properti di Indonesia. Tapi nih, setelah kejadian di Evergrande, kayak kata Joko, kemungkinan para pemegang saham dan bank yang ngasih duit buat proyek bakal ngecek ulang sama perusahaan properti yang kerja sama. Biar gak ada hal serupa yang terjadi.
“Kemungkinan itu pasti ada. Namun, kalau kita lihat kinerja keuangan beberapa perusahaan properti utamanya yang besar-besar itu kan kewajiban utangnya kan tidak sejumbo itu kan, sehingga pastinya setelah ini para pemegang saham ataupun perbankan yang melakukan pembiayaan juga akan cepat-cepat mereview mungkin juga lebih meningkatkan kelas padaan dalam realisasi pembiayaan yang diberikan,” katanya kepada detikcom, Sabtu (19/8/2023).
Joko menyebutkan, kerugian Evergrande ini gak melulu soal properti. Bisa aja dari sektor lainnya yang pembiayaannya kurang produktif, sehingga merembet pada kinerja keuangan dari bisnis propertinya.
“Apalagi Evergrande kan juga kerugiannya tidak melulu dari sektor properti. Nah itu mungkin juga yang menjadi beban karena kalau pembiayaannya tidak fokus kan berarti ada side streaming, kemudian pembiayaan yang kurang produktif itu kan akhirnya menekan kinerja dari.. bahkan bisa juga memberi tekanan lebih kepada kinerja keuangan dari properti yang awal mulanya adalah sebagai backbone dari Evergrande,” ucapnya.
Disadur dari detik.com
0 Comments