Rintangan dan risiko tuh hal yang mutlak lo temui kalo mau memulai bisnis, tak terkecuali bisnis properti. Salah satu rintangannya adalah lo musti bisa jagain cashflow dari bisnis itu. Soalnya, makin lama properti itu laku, makin lama pula lo dapatin cuan.
Kalo kek gitu terjadi, dana yang dipake jadi makin gede buat bayar gaji karyawan atau nge-maintain properti. Kalo sampe salah proyeksi keuangan, bisa aja ntar bisnisnya malah ambyar.
“Untuk 2 tahun pertama itu tantangannya besar, banyak pengeluaran sedikit pemasukan,” ucap Steve Sudijanto, Pengamat dan Ahli Properti pas dikontak detikcom, Senin (4/9/2023).
Menurut Steve, lo sebagai calon pebisnis properti itu harus punya bujet cadangan yang bisa buat nutupin kebutuhan keuangan perusahaan sampe 2-3 tahun ke depan. Ditambah lagi, kini masyarakat lebih milih rumah yang sudah ada bentuknya, soalnya gak mau ambil risiko jika pembangunan rumahnya mangkrak.
“Sekarang kan orang lebih jeli, kalau bangunannya nggak kelihatan (belum ada wujudnya), mereka nggak mau melunasi karena kan banyak bad news. Bank juga mau melihat progres, dia tidak akan mengucurkan KPR itu sebelum bangunan ada wujudnya. Dengan kata lain, para pengembang atau developer pemula ini harus pakai modal sendiri paling nggak struktur (bangunannya) harus naik, atapnya harus tertutup,” katanya.
Steve juga bilang, ada sejumlah risiko jika pegiat bisnis properti memulai karirnya menjadi broker atau konsultan yakni harga sewa kantor. Ongkos yang dikeluarin buat sewa kantor tentunya bisa ngurangin modal yang bakal dipake buat memulai bisnis properti. Ada baiknya, kantor yang dipake adalah kepunyaan sendiri buat meminimalisir pengeluaran buat bayar sewa kantor.
Sementara buat pengembang perumahan pemula, kalo gak pinter-pinter milih properti yang bakal dikembangin, nantinya modal yang dipake malah membengkak. Soalnya, gak ada yang mau beli properti yang dijual.
“Kalau jadi pengembang properti pemula cari properti yang lokasinya diminati pasar, harganya diminati pasar, cepat laku dijual. Kalau cepat laku itu maka masa inkubasinya pendek, maka biaya maintenance untuk operation semakin kecil,” tandasnya.
Di lain pihak, Joko Suranto, CEO Buana Kassiti Group yang juga sekaligus menjabat sebagai Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) bilang, risiko jika memulai bisnis properti tanpa bekal yang cukup justru bakal bikin rugi.
Soalnya, bisnis properti adalah salah satu bisnis yang kompleks karena sudah mulai bikin bangunan di mana dibutuhkan perhitungan yang matang dan skill yang mumpuni.
“Risikonya kalau nggak tahu (cara bisnis properti) ya pasti rugi lah. Relatively (bisnis properti) tekanannya besar karena lebih kompleks,” ungkapnya kepada detikcom.
“Makanya harus punya kemauan untuk belajar mengerjakan sebagai pengusaha atau melakukan usaha. Yang kedua adalah punya pengetahuan, pemahaman yang banyak karena properti ini kan ada hukumnya, tanahnya, perizinannya, kewajiban keuangan yang harus dihitung, kan begitu. Yang ketiga harus ada kemampuan relasinya, karena kan menjual harus mencari banyak orang, mencari informasi, menjual pun juga harus ada kemampuan memahami produk bank dan sebagainya,” terangnya.
Karena itu, lo sebagai calon pebisnis properti harus rajin-rajin nyari informasi soal target pasar, harga properti yang bakal dijual, ongkos yang diperlukan, kompetitor atau saingan, dan lain sebagainya. Nah, karena itu, sangat penting buat lo untuk punya perencanaan di awal ketika mau terjun ke bisnis properti.
“If you fail to plan, you plan to fail,” tandasnya.
Disadur dari detik.com
0 Comments