Bisnis properti memang menjanjikan cuan yang banyak. Tapi selayaknya bisnis pada umumnya, bisnis properti juga ada risikonya lho. Semisal Kamu gagal meraup cuan, atau lokasi propertinya ternyata gak mendukung, Kamu bisa aja lho terjebak dengan properti itu selamanya. Ya, selamanya.
Soal besar kecilnya risiko tergantung pada toleransi risiko Kamu, karena itulah sebagian orang berani terjun berinvestasi properti dan sebagian lainnya memilih terjun ke bidang lainnya.
Nah, berikut adalah 8 risiko investasi properti yang wajib Kamu ketahui sebelum terjun ke dunia properti. Cekidot skuy!
1. Beban Perawatan (Management Burden)
Pemilik atau investor properti nggak bisa ngebiarin investasinya jalan terus tanpa ngerawat propertinya. Mereka harus keluarin biaya tambahan buat ngerawat kondisi bangunan biar pendapatan sewa bisa terus naik.
2. Investasi Properti Padat Modal (High Capital Investment)
Investasi properti itu butuh modal gede (capital intensive). Semakin besar modal yang ditanam, makin besar juga hasil yang didapat dari investasi propertinya.
3. Keterjangkauan Investasi (Affordability Investment)
Dalam bisnis properti, harga mencerminkan penawaran dan permintaan. Harga properti ditetapkan berdasarkan kondisi pasar lokal dan tren yang memengaruhi permintaan dan penawaran properti. Bedanya sama saham, affordability nggak jadi isu dalam saham karena transaksi saham dilakukan secara tunai. Sebaliknya, transaksi properti biasanya melibatkan pembiayaan dari bank.
4. Biaya Transaksi yang Tinggi (High Cost Transaction)
Investasi di sektor properti butuh biaya yang lebih tinggi dibanding sektor lain. Biaya-biaya tersebut termasuk pajak seperti PPH (5% buat penjual) dan BPHTB (5% buat pembeli).
5. Waktu Lama untuk Membeli (Time Consuming Acquisition)
Beli properti yang sesuai keinginan nggak bisa cepet, bisa butuh waktu mingguan atau bulanan. Ini karena properti nggak likuid (lack of liquidity). Bahkan ada ahli properti dari Amerika Serikat yang bilang, cari 100 properti, pilih tiga yang terbaik, buat dapetin satu properti yang diinginkan.
6. Terbatasnya Pengetahuan (Lack of Knowledge)
Pengetahuan yang terbatas disebabkan karena properti bersifat lokal (localized). Harga rumah di satu tempat bisa beda sama di tempat lain. Ini bikin investor harus jeli dan survei lokasi incarannya.
7. Penyusutan Bangunan (Building Depreciation)
Investasi properti berbasis tanah dan bangunan, walaupun harga tanah naik terus, bangunan di atasnya punya umur. Ini beda sama tanah yang umurnya panjang alias abadi. Bangunan bisa berumur 20, 30, atau 40 tahun tergantung fungsi, kualitas, dan standar kekokohannya (konstruksi).
8. Hancur Bila Terjadi Bencana Alam (Physical Hazard)
Dibanding investasi lain, properti punya risiko kehancuran karena gempa, tanah longsor, tsunami, dan lain-lain. Tapi, ini bisa diatasi dengan asuransi, sehingga kehancuran akibat bencana bisa dihilangkan dengan biaya tambahan buat bayar premi asuransi.
Disadur dari mekari.com